My FLP, My First Love

Rabu, 27 April 2016

Sejarah Hagia Sophia

Saya menulis ini sambil membayangkan bisa berada di sana. Hmmm InsyaAllah bisa ke sana. Kan dibayangkan dulu, baru nanti terjadi. Iya tidak? Turki memang indah, seindah dia. hehehe.

Hagia Sophia, bahasa Yunani: Aγια Σοφία, "Kebijaksanaan Suci"), Sancta Sophia dalam bahasa Latin atau Aya Sofya dalam bahasa Turki, adalah sebuah bangunan bekas basilika, masjid, dan sekarang museum, di Istanbul.
 Pada awalnya Hagia Sofia didirikan sebagai gereja terbuat dari kayu yg sangat sederhana pd tahun 390, dan didedikasikan untuk Hagia Sofia atau 'Kebijaksanaan Suci'. Kemudian gereja ini dikenal dg nama Megale Ecclesia atau Gereja Agung. Di tahun 404, gereja ini terbakar dan hancur.

Lalu Theodosius membangun gereja kedua yg lbh besar di tempat yg sama di tahun 415. Nama Hagia Sophia kemudian mulai dipakai sekitar tahun 430. Bangunan ini lalu hancur lagi saat pemberontakan Nika di tahun 532. Kemudian, pd tahun yg sama, setelah pemberontakan tsb, Kaisar Justinian I memerintahkan arsitek Anthemius dari Tralles dan Isidorus dari Miletus untuk mendirikan gereja, yg kemudian diresmikan pada 27 Desember 537. Dan bangunan ini bertahan selama sekitar 900 tahun.
 Saat Konstantinopel ditaklukkan Sultan Mehmed II pada hari Selasa 27 Mei 1453 dan memasuki kota itu, Mehmed II turun dari kudanya dan bersujud syukur kepada Allah, lalu pergi ke Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan mengubahnya menjadi masjid yang dikenal dengan Aya Sofia. Jumatnya langsung diubah menjadi masjid untuk salat Jumat.

Di dalam Hagia Sofia ditambahkan Mihrab yg menghadap Makkah, Mimbar, serta tempat muazin. Selain itu, juga ditambahkan 8 lempengan kayu yg bertuliskan kaligrafi nama Allah, Nabi Muhammad serta para sahabat di sekeliling interior Hagia Sofia.
 Pada masa Mehmed II (1444-1446 dan 1451-1481) dibuat menara di selatan. Selim II (1566-1574) membangun 2 menara dan mengubah bagian bangunan bercirikan gereja. Termasuk mengganti tanda salib yang terpampang pada puncak kubah dengan hiasan bulan sabit.
 Lantas selama hampir 500 tahun Hagia Sophia berfungsi sebagai mesjid. Patung, salib, dan lukisannya sudah dicopot atau ditutupi cat.
Pada tahun 1937, Mustafa Kemal Atatürk mengubah status Hagia Sophia menjadi museum. Mulailah proyek "Pembongkaran Hagia Sophia". Beberapa bagian dinding dan langit-langit dikerok dari cat-cat kaligrafi hingga ditemukan kembali lukisan-lukisan Kristen.

Sejak saat itu, Gereja Hagia Sophia dijadikan salah satu objek wisata terkenal oleh pemerintah Turki di Istambul. Nilai sejarahnya tertutupi gaya arsitektur Bizantium yang indah mempesona.
 Di dalam Hagia Sophia tersimpan sekitar 10.000 surat-surat dari khalifah Utsmaniyah untuk menjamin, melindungi, dan memakmurkan warganya ataupun orang asing pembawa suaka. Yang tertua ialah surat sertifikat tanah untuk para pengungsi Yahudi pada tahun 1519 yang lari dari Inkuisisi Spanyol pasca jatuhnya pemerintahan Islam di Al-Andalus. Surat ucapan terima kasih dari Pemerintah Amerika Serikat atas bantuan pangan yang dikirim khalifah pasca Revolusi Amerika abad ke-18.

Salam-Apen S. McCalister



Selasa, 26 April 2016

Turki, Tahun Depan Saya Ke Sana

Saya kagum sekali dengan Turki. Salah satu negara yang paling saya ingin kunjungi. Sejarah Islam dan peradaban dunia yang panjang membuat saya terpukau.Turki adalah salah satu dari banyak negara yang bisa memukau para traveler yang datang kesana. Tempat wisata di Turki tidak hanya indah , tapi kebanyakan tempat wisatanya juga menyimpan banyak cerita yang mungkin bisa menambah pengetahuan kamu. Tidak heran, kalau banyak wisatawan dari berbagai negara rela merogoh koceknya dalam-dalam hanya untuk bertandang ke negara Kemal Attatuk yang menyimpan banyak sejarah Islam ini. Tentunya, semua budget yang dikeluarkan gak akan jadi masalah karena akan terbayar sama banyak bangetnya keindahan yang ada di negara ini. Nah ini dia ulasan dari BonjourBag.com tentang 6 Tempat Wisata Di Turki yang sering dikunjungi para traveler dan wajib buat kamu coba kunjungi 
Pamukkale

Tempat wisata di Turki yang satu ini merupakan hasil dari fenomena alam dan banyak menyita mata banyak pengunjung loh. Kalau kamu liat sekilas, Pamukkale ini tampak seperti istana kapas karena semua berwarna putih, padahal Pamukkale tersusun dari batu-batuan yang berwarna putih Traveler yang pernah datang ke Pamukkale mengatakan bahwa saat meginjaknya mereka seperti menginjak salju karena begitu lembut. Di Pamukkale, kamu bisa dengan mudah menemukan kolam-kolam air panas alami yang bisa kamu gunakan buat berendam. Nah salah satu kolam yang paling terkenal adalah kolam renang Hierapolis yang sering dijadikan kolam renang kesehatan.
Istanbul

Istanbul adalah salah satu Kota di Turki yang membuatnya terkenal sampai ke mancanegara. Kota ini punya bangunan-bangunan dengan arsitektur yang indah banget. Di Istanbul ada Topkapi Palace yang merupakan tempat tinggal kaisar Ottoman. Ada pula, Blue Masque yang desain interior dan exterior masjidnya semua bernuansa biru. Terus, ada juga Aya Sopha yang dulunya sebuah gereja, tetapi kemudian diubah menjadi peribadatan oleh umat Islam. Banyak banget pokoknya 
Hagia Sophia

Hagia Sophia ini dulunya adalah sebuah gereja orthodox. Tapi setelah Istanbul jatuh di bawah pemerintahan kaisar Ottoman, gereja orthodox di ubahnya menjadi sebuah masjid. Jadi, kamu gak usah heran kalau kamu datang berkunjung ke sini, kamu bisa menjumpai 2 gaya bangunan yaitu gaya bangunan gereja dan masjid. Namun, setelah Istanbul membangun masjid biru atau Blue Mosque, Hagia Sophia yang terletak didekat masjid tersebut di ubahnya menjadi sebuah museum. Kini Hagia Sophia bukan lagi sebuah masjid atau gereja, melainkan adalah sebuah museum yang menyimpan banyak sejarah Turki.
Selcuk

Di Kota Selcuk inilah kamu bisa melihat peninggalan sejarah di masa romawi dan Yunani kuno. Selain kamu berlibur ke Turki, kamu juga bisa mengunjunginya sebagai destinasi wisata sejarah di negara tersebut. Di kota Selcuk, kamu bisa temuin Library of Celcius yang sudah terkenal lama di Turki. Kamu juga bisa menemukan Kuil Arthemis, The Great Theater, dan Terrace House. Semua peninggalan-peninggalan sejarah tersebut terkumpul menjadi satu di destinasi para traveler yang bernama Ephesus Archaeological Site, yang tepat berada di Kota Selcuk.
Konya

Konya adalah salah satu tempat wisata di Turki yang bisa kamu jadiin destinasi religi. Disana kamu gak cuma bisa menikmati keindahan-keindahan Turki, tapu kamu juga bisa dapetin pengetahuan baru dari tempat tersebut. Kalau kamu berkunjung ke Konya, kamu bisa liat bangunan sederhana yang memiliki desain arsitektur yang gak sederhana, nah loh. Tempat wisata di Turki yang satu ini kamu juga bisa berziarah ke penyair muslim terkenal Turki, yaitu Jalaludin Rumi yang juga merupakan pencipta tarian putar khas Turki yang terkenal sampai ke pelosok dunia.
Cappadocia

Nah tempat wisata di Turki yang paling indah lainnya adalah Cappadocia. Merupakan wilayah bersejarah yang ada di Turki dan menjadi destinasi populer bagi para traveler dunia. Kamu disini bisa temuin bentuk batu-batu yang indah serta unik. Kamu juga bisa menaiki balon udara buat ngeliat sekeliling Cappadocia. Kota-kota dan tujuan wisata yang wajib kamu kunjungi di Cappadocia adalah Urgup, Goreme, Ihlara Valley, Selime, Guzelyurt, Uchisar, Avanos dan Zelve.

Salam-Apen S. McCalister


Minggu, 24 April 2016

Apakah Aku Mencintaimu?

Tulisan ini saya ketik di Al-Fawwaz. Pagi ini. Judulnya Apakah Aku Mencintaimu?
Di zaman yang serba kekinian, orang lebih mengenal artis, penyanyi, pemain band, boyband, pemain sinetron dibandingkan nabinya sendiri. Sekali lagi, orang lebih mengenal yang namanya artis, penyanyi, pemain band, boyband, pemain sinetron dibandingkan nabinya sendiri. Mereka lebih sering mengingat artis dibandingkan nabinya sendiri. Mereka lebih mengidolakan artis yang tidak akan memberi syafaat di akhirat, mereka lebih meniru gaya hidup pemain band yang tidak akan membawanya ke surga Allah. Yah, itulah orang sekarang. Semoga kita tidak termasuk ke dalamnya.
Mereka beranggapan bahwa artis yang dipuja-pujanya lebih keren, modis, dan serba modern alias kekinian. Sunnah nabi bukan menjadi gaya hidup lagi. Padahal dibalik itu semua nabi-lah yang menuntun ke jalan kebenaran. Renungkan, apakah kita mencintai nabi? Mungkin semuanya menjawab iya. Tapi praktiknya berbeda-beda. Ada yang cinta dengan sepenuh hati, ada yang cintanya di mulut saja (PHP), ada yang sama sekali jauh dari apa yang ditirukan nabi. Kalau mencintai nabi, yang harus dilakukan adalah:
·         Mengikuti sunnahnya
·         Bersholawat
·         Bersedekah
·         Mengamalkan isi Al-qur’an
·         Selalu mengingat Allah (berzikir)
Apakah Anda tahu bahwa sebenarnya Nabi Muhamad sangat mencintai kita sebagai umatnya? Cintanya kepada kita umatnya sungguh luar biasa. Saya kira tidak pantas kalau kita tidak mencintainya.
Suatu malam, Nabi pernah bercerita kepada para sahabat, “Wahai sahabat-sahabatku, aku rindu kepada mereka yang paling kuat imannya. Tahukah kalian, siapakah mereka yang paling kuat imannya?” Para sahabat menjawab, “Malaikat-malaikat, merekalah yang paling kuat imannya!” Dengan tersenyum Nabi pun menjelaskan, “Bukan itu maksudku. Sudahlah wajar kalau malaikat-malaikat itu beriman, karena memang mereka berada di sisi Allah.”
Kemudian para sahabat menjawab lagi, “Rasul-rasul, merekalah yang paling kuat imannya!” Dan kembali Nabi menjelaskan, “Bukan itu maksudku. Sudahlah wajar kalau rasul-rasul itu beriman, karena memang mereka menerima wahyu dari Allah.” Lalu para sahabat menjawab lagi, “Kami, para sahabat, yang paling kuat imannya!” Dan kembali Nabi menjelaskan, “Bukan itu maksudku. Sudahlah wajar kalau kalian beriman, karena memang kalian selalu bersamaku.”
Penasaran, akhirnya para sahabat bertanya, “Lalu siapa ya Nabi, orang yang paling kuat imannya?” Ternyata Nabi menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang hidup setelahku, belum pernah melihatku, namun mereka itu beriman kepadaku. Sungguh, aku rindu kepada mereka.” Subhanallah, ternyata orang-orang yang dimaksud Nabi itu adalah kita! Iya, kita! Rupanya di hadapan Nabi, kita mendapat keistimewaan tersendiri! Betapa besar perhatian Nabi kepada kita! Tidak pantaskah orang seperti ini memperoleh keistimewaan di hati kita?
Sudah seharusnya kita mencintai nabi kita sendiri, toh nabi juga sangat mencintai kita. Apalagi saat nabi hendak wafat, bukan keluarganya yang ia ingat, bukan sahabatnya yang ia ingat, tapi ia selalu bilang “umatku, umatku, umatku”. Berarti siapa? Iya kita, kita sebagai umatnya.
Marilah kita berjanji mulai saat ini “Ya Nabi, maafkan saya yang selama ini jauh dari sunnahmu. Saya juga menyayangimu seperti engkau menyayangi saya. Saya akan mengikuti sunnahmu, beribadah kepada Allah sesuai tuntunanmu. Ya nabi, saya akan bersholawat untukmu bukan karena saya ingin diberi syafaat tapi inilah bukti cinta saya kepadamu”

Salam-Apen S. McCalister


Jumat, 22 April 2016

Kenapa Ada Dosa?

Hallo saya mau berbagi cerita. Ceritanya bagus lho. Bacanya santai saja. tidak usah terburu-buru. Renungkan, Insya Allah ada manfaatnya untuk kita. Siap? Yuk.

Seorang profesor yang Atheis berbicara dalam sebuah kelas fisika.
Profesor: "Apakah Allah menciptakan segala yang ada?"
Para mahasiswa: "Betul! Dia pencipta segalanya."
Profesor: "Jika Allah menciptakan segalanya, berarti Allah juga menciptakan kejahatan."
(Semua terdiam dan agak kesulitan menjawab hipotesis profesor itu).
Tiba-tiba suara seorang mahasiswa memecah kesunyian.
Mahasiswa: "Prof! Saya ingin bertanya. Apakah dingin itu ada?"
Profesor: "Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada."
Mahasiswa: "Prof! Dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin sebenarnya adalah ketiadaan panas.
Suhu -460 derajat Fahrenheit adalah ketiadaan panas sama sekali. Semua partikel menjadi diam. Tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut.
Kita menciptakan kata 'dingin' untuk mengungkapkan ketiadaan panas.
Selanjutnya! Apakah gelap itu ada?"
Profesor: "Tentu saja ada!"
Mahasiswa: "Anda salah lagi Prof! Gelap juga tidak ada.
Gelap adalah keadaan di mana tiada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari. Sedangkan gelap tidak bisa.
Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk mengurai cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari panjang gelombang setiap warna.
Tapi! Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur melalui berapa besar intensitas cahaya di ruangan itu.
Kata 'gelap' dipakai manusia untuk menggambarkan ketiadaan cahaya.
Jadi! Apakah kejahatan, kemaksiatan itu ada?"
Profesor mulai bimbang tapi menjawab juga: "Tentu saja ada."
Mahasiswa: "Sekali lagi anda salah Prof! Kejahatan itu tidak ada. Allah tidak menciptakan kejahatan atau kemaksiatan. Seperti dingin dan gelap juga.
Kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk menggambarkan ketiadaan Allah dalam dirinya.
Kejahatan adalah hasil dari tidak hadirnya Allah dalam hati manusia."
Profesor terpaku dan terdiam!
Dosa terjadi karena manusia lupa menghadirkan Allah dalam hatinya..
Hadirkan Allah dalam hati kita setiap saat, maka akan selamatlah kita..
Itulah IMAN..
SESUNGGUHNYA DOSA ITU LAHIR SAAT IMAN TIDAK HADIR DALAM HATI KITA.


Kamis, 21 April 2016

Kaya? siapa takut

Tulisan ini saya ketik di kamar tercinta. Yah, sambil baca-baca buku dengan segelas susu coklat. Mantap, kan? Ya sudah kita mulai, baca yang teliti, ya!

Siapa sih yang tidak ingin kaya? Semua manusia pasti ingin kaya. Termasuk saya. Heheheh.
Boleh tidak sih menjadi orang kaya? Ya boleh, Nabi Muhammad saja kaya, istrinya (Khadijah) juga kaya, Umar bin Khattab kaya, Usman bin Affan apa lagi. Nabi juga pernah berpesan: “Kekayaan tidak membawa mudharat bagi orang-orang yang bertakwa kepada Allah swt.”
Ah, orang kayak kan sombong-sombong, belum lagi di akhirat nanti dihisabnya lama. Mungkin itu pikiran negatif Anda saja. Tergantung siapa yang megang uangnya dulu. Kalau saya sih baik dan tidak sombong. Hehehehe.
“Kefakiran dekat dengan kekufuran.” Ada yang mengatakan kalimat ini hadist. Ada pula yang mengatakan kalimat ini bukan hadist. Yang jelas, itu telah menjadi fenomena belakangan ini. Yah, lihat saja, betapa banyak orang yang menggadaikan imannya, karena kemiskinan dan kelaparan yang mendera dirinya dan keluarganya. Maka terbuktilah kalimat tersebut, “Kefakiran dekat dengan kekufuran.” Pastikan saja itu tidak menimpa kita, keluarga kita, dan orang-orang di sekitar kita.
Lalu bagaimana memaknai harta?
Saat kita berproses menjadi orang kaya, sebagian orang mungkin nyinyir dan menyindir. Maka sanggahlah:
·         Sindiran: karena harta, orang bisa putus persaudaraan.
·         Sanggahan: justru dengan harta, kita bisa membantu saudara dan sesama.
·         Sindiran: karena harta, orang bisa sombong.
·         Sanggahan: justru tanpa harta, orang bisa kufur bahkan kafir.
·         Sindiran: harta tidak dibawa mati.
·         Sanggahan: karena itulah, ketika mati, tinggalkan warisan dan wakaf yang banyak.
·         Sindiran: uang tidak bisa dibawa ke kubur.
·         Sanggahan: tapi pemakaman perlu uang yang tidak sedikit, terutama di kota besar.
·         Sindiran: kalau kaya harta, akan memperlama hisab.
·         Sanggahan: justru kalau hartanya digunakan untuk kebaikan, maka mempercepat masuk surga dan boleh memilih pintu surga.

Kita boleh kaya, harta kita dibelanjakan di jalan Allah, rasanya pintu surga akan menjadi milik kita.



Terima kasih, salam-Apen S. McCalister

Rabu, 20 April 2016

Yakin Umroh!

Bulan Januari lalu, setelah membaca buku Moslem Millionaire-nya Ippho Santosa, perasaan haru langsung meliputi saya. Tiba-tiba saya ingin umroh. Hati saya langsung rindu pada ka’bah. Padahal saya belum pernah ke sana sama sekali. Ketika itu dalam pikiran saya, sedikit-sedikit Ka’bah, sedikit-sedikit Mekah.
Orang bijak pernah bilang kalau kita ingin sesuatu, tuliskan, bayangkan, visualisasikan, lalu wujudkan. Sontak, saya ganti semua foto profil social media saya dengan gambar ka’bah. Dan dalam buku kecil yang sering saya bawa, saya menuliskan kalimat yang bunyinya “Saya dan isteri harus umroh plus Turki tanggal 30 Maret 2017”. Tujuannya agar saya selalu ingat keinginan itu.
Hidup ini harus memiliki cita-cita besar. Bukankah bercita-cita besar berarti percaya Tuhannya maha besar? Lalu bagaimana ongkosnya? Saya yakin Allah akan memberi jalan, dan saya sangat yakin Allah akan memampukan. Meski ongkos umroh plus Turki sekitar 40 jutaan, itu tidak mahal bagi Allah. Murah, murah sekali. Bukankah Allah yang memiliki semua yang ada di dunia ini? Bukankah Allah maha kaya? Kalau kita bilang itu mahal, berarti belum ada mental kaya di dalam diri. Kalau tidak yakin kita bisa, itu sama saja dengan menyepelekan Allah.
Ada orang ditanya, “Bapak, mau umroh tidak?” “Boro-boro umroh, buat makan saja susah, buat bayar cicilan saja ngos-ngosan.” Loh, tadi kan ditanya mau umroh atau tidak. Kok jawabnya tidak nyambung? Saya jadi senyum-senyum sendiri. Banyak orang-orang yang mampu, tapi mereka beralasan tidak punya waktu atau fisik sudah tidak kuat. Padahal saya sering lihat diberita, banyak orang yang tidak kaya tapi mereka mampu umroh. Banyak nenek dan kakek, tapi mereka kuat umroh. Bukankah Allah yang akan memampukan kita? Saya kira keinginan yang tidak kuat menjadi ketidakmampuan kita.
Yuk, selagi masih ada umur, niatkan untuk bisa minimal sekali seumur hidup mengunjungi Ka’bah, umroh atau haji. Jangan mikirin ongkosnya, yang penting niat dulu. Soal dimampukan atau tidak, itu tergantung apakah kita layak atau tidak dipilih Allah. Itu saja.

Salam dari saya-Apen Sumardi McCalister

Suatu Malam di Kaliurang

Malam itu 31 oktober. Malam yang mencekam di Kaliurang. Malam yang bisu kecuali pekikan burung-burung hantu yang cukup merindingkan bulu roma. Aku dan Joni, kawanku, menyisir bukit Plawangan menuju pesanggrahan dengan sepeda motor tua keluaran tahun 70-an. Malam yang gelap, pekat, jalan pun tak bisa di tembus kecuali dengan lampu motor. Suasananya horor. Setiap sudut jalan, pohon-pohon raksasa berdiri gagahnya dan takut-takut itu adalah genderuwo. Kami berusaha tak menakuti diri sendiri. Membaca ayat-ayat sekenanya. Tapi tetap saja, takut-takut ada kuntilanak nebeng di belakang, atau pocong mencegat di depan, atau suster yang ngesot-ngesot mengejar motor kami.
“ Jon, kebut bawa motornya. Serem suasananya “ mandatku.
“ Ini juga sudah pol gasnya “ Tukas Joni dengan muka yang menengok. Kulitnya yang hitam legam membuatnya tertelan malam. Hanya gigi-gigi tonggosnya menyala-nyala di antara malam pekat itu. Motor itu telah di gas pol. Tapi larinya kayak keong gemuk pincang berjalan di atas lumpur.
Malam senyap. Jam sekitar pukul satu dini hari. Tak ada seorang pun tersisa memelekkan matanya. Semua sudah di alam mimpi masing-masing. Kupegang Joni merinding. Kebiasaan buruknya. Kalau sedang ketakutan. Ia akan merinding gila, bulu romanya seperti sedang dangdutan. Goyang sana-goyang sini. Lalu lihat bokongnya, bergerak-gerak menahan kentut, walaupun dengan kawan dekat ia masih menjunjung tinggi tata krama, menghargai hak asasi manusia -  taat pada adat istiadat - takut pada mitos-mitos neneknya – demi menjaga harkat dan martabat dirinya - juga menyelamatkan mukanya dari segenap umat manusia yang akan menggunjingnya: maka ia tidak buang angin sembarangan. Dan kalau sudah meletus, baunya bisa meracuni ayam se-RT.
Motor tua keluaran tahun 70-an itu suaranya sudah seperti kentut Joni, merepet timbul-tenggelam, dan kalau di tengok knalpotnya sudah seperti pantat ayam senewen yang mau mengerami telurnya. Dekup jantungku belum karuan. Ini seperti uji nyali. Mungkin kalau boleh memilih, Joni akan melambaikan tangan saja karena bulu romanya bukan tingkat dangdutan lagi tapi sudah ke tingkat dugem. Nafas pun tersengal-sengal ingin cepat sampai di pesanggrahan. Tapi itu masih jauh.
“ Wahh gaswat, muturnya muguk. Sudeh senen-kemis suerenya “ ngomongnya tak karuan saking bergetarnya tubuh gempalnya itu. Keringat dingin mengucur di dahi yang hitamnya bukan main.
“ Terus bagaimana, nih, Jon? Mana suasannya kayak di film Suzzana lagi “ tukasku.
“ Iya, takut-takut ada kuntilanak mampir ke sini atau pocong yang sengaja nyamar jadi tukang benerin motor “ khayalannya ngelantur ke Ki Joko Sableng, dia adalah kuncen makam di kampungnya yang konon bertemu kuntilanak dan pocong yang sengaja nyamar jadi tukang bakpia kesukaan aki-aki peyot itu.
“ Tenang, masih ada kawanmu ini “ Padahal aku sendiri kalau ada kuntilanak atau pocong akan ambil langkah seribu. Maklum badanku kurus hingga lariku cepat di banding Si Joni yang badannya kayak karung goni di isi beras sekwintal larinya macam motor tua ini.
Joni mencoba memeriksa motor itu. Tak paham sebenarnya masalah otomotif. Terus untuk apa di periksa kalau tak paham?
“ Aku tahu kemampuanmu, Jon. Tak perlu di lihat motor itu. Toh, sampai nenek-nenek disko kelenger minum air pun tak akan jalan motor itu “
“ Aku ingin menunjukkan kepadamu bahwa inilah aku sebagai lelaki sejati apapun masalah dalam hidup ini harus di jalani dengan keikhlasan, ketabahan, dan penuh dengan rasa syukur “
“ Lantas apa hubungannya dengan motor mogok?”
Ia hanya nyengir, garuk-garuk pantat. Gigi-gigi tonggosnya unjuk gigi. Menyala-nyala.
“ Go, Argo. Itu apa, Go, putih-putih? “ panik.
“ Mana? “
Aku menengok. WAWWWWW. Kuntilanak. Itu kuntilanak. Rambutnya hitam panjang terurai. Busananya putih dan mukanya putih lalu matanya hitam legam berbentuk lingkaran. Setidaknya itu sama persis seperti kuntilanak yang kulihat di film-film. Kami panik. Kuntilanak itu mendekat. Semakin mendekat.
“ Lariiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii “ pekikku.
Joni malah sibuk dengan motor tua kesayangannya itu. Tak tega ia meninggalkan soulmate-nya itu. Ia berprinsip susah-senang harus bersama. Tapi ini situasinya darurat, bukan? Ah, ia mendorong sekuat tenaga motor itu. Namun itu masih seperti keong gemuk pincang. Kuntilanak menangkapnya.
“ Hihihihihihiihihihihiihhi,,hehehehehehehehehhe,,hihihihiihihihihihih, hehehhehehehe,,hihihihihihihihihiihi “ kuntilanak itu tertawa kegirangan kayak anak kecil di kasih balon. Joni makin ketakutan. Bulu romanya sudah tingkat rocker. Badan karung goninya dua derajat celcius. Tangannya berusaha mengelak namun kuntilanak itu memencet tangannya dengan kuku-kuku yang belum di pedicure-menicure itu.
Joni makin panik. Tak apalah ia tak menjunjung tinggi tata krama, tak apalah ia tak menghargai hak asasi manusia -  tak apalah ia tak taat pada adat istiadat – tak apalah ia tak takut pada mitos-mitos neneknya – tak apalah ia tak menjaga harkat dan martabat dirinya – tak apalah ia tak juga menyelamatkan mukanya dari segenap umat manusia yang akan menggunjingnya. Tapi sudah tak tahan lagi. Preeeeetttt, preeeeeet, preeeeeeet, preeeeeeettt, cuuuuussssssss.
Kentutnya cetar membahana. Baunya mengelus-elus mematikan kuntilanak itu. Kuntilanak itu kelabakan. Kelihatannya mau semaput. Lihat saja ekspresinya, hidungnya mengendus-endus macam anjing pelacak. Kuntilanak itu sempoyongan kayak habis menenggak sepuluh botol anggur. Berputar-putar tak karuan. Berdisko-disko dengan suara kentut itu. Kuntilanak itu tumbang.
“ JON, CEPAT LARI ! “ pekikku di kejauhan.
Joni terbirit-birit dengan motor soulmate-nya itu. Aku berusaha mencari keramaian dan tempat aman agar jauh dari gangguan kuntilanak. Namun tempat itu tak kutemukan. Jam sudah menunjukan pukul 2.00 pagi. Nafas kami tersengal-sengal seperti habis lari Jakarta-Singapore. Memburu. Dekup jantung kian tak teratur. Bergema hendak copot.
“ Kebiasaanmu itu berguna juga “
“ Berguna sih berguna. Tapi aku juga mau mati di racuni gas alam itu “ dengan nafas senin-kamisnya ia bicara.
“ Sepertinya kuntilanak itu masih akan mengejar kita “
“ Kita harus menyusun strategi sejitu mungkin agar kuntilanak itu pergi seperti strategi bangsa pribumi mengusir para kumpeni-kumpeni. Mau ditaruh di mana harga diri kita bila tak bisa mengusirnya? “ lagaknya selalu bawa-bawa harga diri.
Malam masih mencekam. Asap-asap mengalun entah dari mana datangnya. Burung gagak bernyanyi horor hingga bulu roma kami kembali berdiri. Sepi tetap membayang.  Langit pun membisu. Tak ada satu pun bintang yang genit berkedip atau bulan yang memantulkan sinar kemari. Tak ada cahaya sedikit pun. Semua gelap. Kecuali kalau Joni nyengir.
“ Jon, Jon, Jon, lihat itu Jon! Kuntilanak yang tadi. Dia membawa gank-nya. Wahhh, gawat ada dua pocong di situ menuju ke mari “ ujarku cepat.
“ Pikirkan sesuatu, ahaaa kau bawa knur layangan, kan? “
“ Enggak “ kataku.
“ Lah tadi sore main layangan pakai apa? “ Joni meyakinkanku.
“ O iya ya “ malah aku yang jadi sedikit rada-rada.
Aku mengambil knur dari dalam tas. Kami buru-buru mengaitkan knur itu di antara pohon yang berseberangan jalan. Perangkap siap menjerat dua ikat pocong dan seekor kuntilanak. Kalau kami bisa menaklukan mereka, bukankah ini suatu prestasi?  Kami akan masuk ke dalam buku World Record sebagai penangkap setan terulung. Akan menjadi sesuatu yang keren. Kami akan masuk TV terus di foto-foto, di kasih penghargaan, pembuatan rekor baru, di sanjung banyak orang, memiliki banyak followers di Twitter, jalan-jalan keliling dunia menceritakan pengalaman kami, terus menjadi bintang tamu di acara Talkshow, menjadi orang kaya baru. Ahh, indah betul nampaknya. Ngimpi.
“ Jon, Jon, tuh pocong satu kenapa jatuh? “ aku heran tiba-tiba pocong jatuh di tengah jalan.
“ Siapa yang buang hajat sembarangan, ya? “
“ Memangnya kenapa? “
“ Itu pocong terpeleset gara-gara ada orang buang hajat sembarangan. Lihat saja kakinya kuning begitu “
Hahh? Aku tertawa cekikikan dalam hati. Satu hal yang Jono belum tahu dariku : Aku suka buang air sembarangan kalau lagi ketakutan. Aku diam-diam saja takut-takut harga diriku tercoreng gara-gara itu. Adem ayem. Sebenarnya gatal dari tadi belum menemukan empang atau kali yang bisa di pakai untuk membersihkannya.
“ Wahhh, Go, gawat. Ada motor lewat. Kayaknya ketakutan melihat pocong dan kuntilanak itu. Motor itu menuju kemari. Ngebut lagi bawanya “
Motor itu melaju dengan kecepatan tinggi. Mungkin penunggangnya takut di kejar pocong dan kuntilanak itu. Wuuuuuuuuuuuuuuussssssssssssssssssssss. Gubrak. Motor itu melaju sendiri tanpa ada yang mengendarai. Penunggangnya kelojotan nyusruk di got. Waduuuh gawat perangkap salah sasaran. Pocong dan kuntilanak itu mendekat. Kami panik. Harus dengan cara apa menaklukan mereka.
“ Hihihihihihiihihihihiihhi,,hehehehehehehehehhe,,hihihihiihihihihihih, hehehhehehehe,,hihihihihihihihihiihi “ kuntilanak itu rupanya masih bisa tertawa setelah di basmi dengan kentut Si Joni.
“ Kita lawan mereka, Jon ! “ seruku.
“ Bersatu kita terguh bercerai kita enggak teguh. Seraaaaaaaaaang ! “
Joni ke arah kuntilanak itu. Sementara aku menuju pocong jelek satu ini. Kita siap bertempur. Apapun hasilnya, ini demi harkat dan martabat kaum manusia atas pengganguan kaum setan. Menang berarti jaya, enggak menang berarti, ya enggak jaya.
Joni nyengir di depan kuntilanak itu. Gigi-gigi tonggosnya melesat-lesat cahayanya menyilaukan kuntilanak itu. Mulutnya menganga, gigi menyeruak, lalu ekspresi mukanya jelek bukan main. Tak bisa di lukiskan dengan kata-kata mukanya itu, saking jeleknya. Lalu ia menghembuskan nafas karena dari tadi sesak nafas bergelut melawan rasa takut. Huuuuuuuuuuhhhhh.
Aneh. Tiba-tiba kuntilanak itu tumbang. Kelojotan, semaput, pingsan. Aku baru sadar tiga hal dalam dirinya yang bau : Kentutnya yang bisa meracuni ayam se-RT, mulutnya yang bisa membuat burung tetangga mendadak sakit, dan keteknya yang bisa membunuh kawanan nyamuk kalau ia sedang tidur tak pakai baju. Untunglah, berguna juga bau-bau aneh itu di situasi yang mengerikan ini.
“ JON, AMBIL TAS ITU, JON. MASUKIN KE KEPALA POCONG INI. KITA GEBUKIN RAME-RAME “ teriakku pada Joni.
“ Ampun, Bang, ampun. Jangan gebukin saya “ pocong itu berkomentar ketakutan.
“ Lah kok pocong takut di gebukin? “ aku heran.
“ Kami dari acara Jahil-Jahilan. Lihat, di situ kamera, di sebelah situ kamera, dan sebelah situ kamera ! “ menunjuk-nunjuk kamera.

Ah, sial. Kami di kerjain. Joni malah asyik melambai-lambai ke kamera. Mungkin ia ingin bilang : Mak, Joni masuk TV.

Januari 2013, Apen Sumardi McCalister

Selasa, 19 April 2016

Cerita di SMA

Sudah 5 tahun kita tidak menikmati masa-masa SMA, ya. Kalau melihat ke belakang jadi pengen ketawa sendiri. Ada yang udah punya anak, ada yang udah nikah, ada yang jomblo, ada yang jomblo gak nikah-nikah.hehehe. Ini yang saya ingat dari kalian.

Marno              : Teman terdekat saya di sekolah. Dia selalu merasa paling ganteng di kelas. Suka pelajaran Bahasa Inggris dan matematika. Dia pernah bilang ke saya suatu saat akan menjadi Cover Boy di sebuah majalah. Dia juga teman main bola bareng.
Juli                   : Berangkat dan pulang sekolah selalu bareng sama saya naik Honda Jazz 35. Anaknya kadang-kadang gaje (gak jelas). Banyak dikagumi anak cewek, kalau tidak salah.
Agung             : Dia sering dibilang gemuk dan item. Tapi yang paling diingat dari dia adalah, dia suka nyolong pulpen. Kadang pulpen teman sekelas pada hilang. Kalau pulpen hilang, tersangka pertama namanya Agung Hidayat Putra.
Aris                 : Suka dipanggil Enggun, padahal itu nama bapaknya. Yang bikin saya ngakak kalau lihat dia naik motor vespa sama Si Dede gendut.
Asep                : Rambutnya landak kayak sonic film kartun itu. Kalau main bola dia adalah bek yang tangguh.
Alfega              : sering dipanggil si kumis. orangnya cool, suka main gitar, jago nyanyi.
Namar             : Paling gendut di kelas XII IPA 2. Rambutnya batok, kalau ketawa suka merem. Jadi, kalau dia ketawa kita lari aja dia gak bakal tahu.
Azis                 : Ketua kelas yang dihina mulu. Gino, gitong, atau apalah tentang gigi seksinya itu. Di akhir-akhir mau lulus jadi rajin belajar gara-gara takut gak lulus UN.
Darham             : Suka beli uduk di emak-emak pinggir jalan. teman dekatnya si Andre.
Andre              : Paling tua, orangnya sok tahu. Motornya kayak belalang tempur Satria Baja Hitam. Suka pake kacamata hitam, banyak gayanya. Tapi dia adalah orang yang baik. Buktinya saya nitip beli buku tetralogi Laskar Pelangi dibeliin sama dia.
Mardi              : anaknya jarang masuk sekolah. Paling sebulan dua kali. Dia adalah pemilik rekor alfa terbanyak di kelas. Tapi pas try out nilainya paling gede. Aneh tuh bocah.
Oyan               : Paling ganteng di kelas, kayaknya. Dia kalau sudah nempel sama meja pasti langsung tidur. Kerjaannya di kelas ya tidur.
Imron         : Orangnya agak nyebelin, hehehe. dia adalah viking sejati. setelah lulus, ia meninggalkan kami semua. Semoga diterima di sisi Allah swt. amin.
Robi                : Siswa yang paling aneh. gak pernah ngomong. ditanya guru aja gak di jawab. hadeeeeuuuuhhh. hehehehe
Nani                : termasuk anak yang pintar di kelas. Yang saya salut dari dia adalah dia sama teman-temannya sering jalan kaki dari rumah sampai sekolah. Padahal rumahnya jauh naudzubillah. Hehehe.
Narsiah            : Kalau tidak salah dia paling suka pelajaran Kimia, saya sampai susah ngimbangin kemampuannya di pelajaran kimia. Keren.
Santi                : Sama kayak Nani. Jalan kaki dan rumahnya jauh. Yang saya ingat, dia itu cerewetnya minta ampun. Tapi orangnya ramah dan murah senyum.
Oom                : yang saya ingat dari dia adalah dia itu ke mana-mana pasti perginya sama Si Ratna. Itu bocah berdua udah kaya pintu sama engselnya.
Ratna               : Cinlok sama Si Namar. Eh akhirnya jodoh. Selamat yaaa.
Komala            : Anaknya pendiam. Dia termasuk di geng Jereged mania.
Harom             : saya masih bingung. Dia cewek atau cowok ya? Dia pengagum berat Mita the Virgin sampe gaya rambut dan sifatnya mirip Mita the Virgin.
Lourdes            : Paling unik, satu-satunya dari Timur, dari Timor Leste. jadi primadona di kelas. Si Andre yang sering kena.
Iin                    : Sukses memerankan pemeran utama di film garapan tim Garelo. Kalau di kelas suka nyanyi-nyanyi gak jelas.
Inyang              : saya lupa namanya tapi dia suka dipanggil Inyang. yang saya ingat dia adalah andalan volley SMA kami. baik, ramah, murah senyum. heheheh sorry lupa nama aslinya.


Senyum Langit Kopenhagen (Cerpen)


Rinai - rinai hujan mengguyur lembut  di tiap sudut kota Kopenhagen. Kanal - kanal di taburi jutaan titik -  titik air dari langit. Lalu di sana, kapal – kapal merapat ke pelabuhan Ny Havn. Di sudut lain, gereja-gereja dan bangunan-bangunan kuno lainnya memantulkan sinar yang melesat-lesat dari kaca-kaca. Lembut sekali suasananya. Lampu merah menyetop mobil-mobil mewah yang melintas. Lalu Orang-orang berambut pirang-berhidung mancung berseliweran di jalan. Mereka berjalan kaki, bersepeda, menikmati kota sehabis hujan raib.
Kopenhagen memang kota yang indah. Udaranya bersih, bertebaran kanal-kanal, dekat laut, dan sejauh mata memandang berderet-deret bangunan kuno berarsitektur memukau. Kopenhagen juga surganya pejalan kaki. Penduduk-penduduk Denmark gemar berkeliling kota berjalan kaki atau bersepeda. Mereka  menyusuri Stroget untuk berjalan kaki. Sungguh memikat hati.
Begitu dengan hati Raisha yang terpikat untuk mengunjungi Kopenhagen. Gadis manis ini jatuh cinta kepada Kopenhagen telah lama. Sejak seseorang memberitahunya tentang Kopenhagen. Liburan kali ini ia kemari. Sendiri. Ia sibuk memotret-motret di tepi kanal itu. Burung-burung berseliweran riang. Di pagar sana, nangkring dua ekor merpati memadu kasih. Hangat. Ia mengabadikannya.
Cahaya matahari makin meredup. Air kanal yang tenang melukis matahari. Memukau. Memanjakan mata. Semburat cahayanya terbias lembut. Perahu-perahu mungil di jantung kanal mulai merapat. Membawa berpasang-pasang kekasih menikmati romantisnya sore ini. Mereka duduk berdua, bertatapan mata, berpegangan tangan, atau memberi sebuah kecupan manis di dahi. Menulis nama mereka dalam kertas, di masukkan ke dalam botol, di lemparlah botol itu ke kanal. Mengalir menuju laut. Berharap cinta mereka abadi. Begitu hangat.
Raisha begitu manis. Rambutnya terurai lembut. Matanya teduh. Hidungnya mancung. Bibirnya terbentuk indah. Merah seperti buah saga. Dan satu lagi yang membuatnya begitu manis, lesung pipit. Gadis ini secantik embun tersenyum, semanis senja yang kian merona. Terpancar dari aura wajahnya yang menyala-nyala bagai aurora. Senyumnya khas. Lebih dari manis.
Tak jauh darinya, seorang lelaki juga asyik memotret. Badannya tinggi. Putih. Mancung. Nampaknya penduduk Kopenhagen.
“ Excuse me, sir. Do you know how to get Tivoli ? “ Tanya Raisha tentang Tivoli, taman hiburan di Kopenhagen, semacam Disney Land atau Dufan. 
“ Of course. I .... “ lelaki itu ngerem lidahnya. Menatap lekat Raisha. Mata mereka bertemu. Sekelebat burung lewat. Namun tak menggemingkan mereka.  Tatapan itu lembut. Syahdu.
“ Raisha...Sure, it’s you “ Bibirnya Bergetar. Cinta yang hilang. Serpihan hati yang pergi. Ah, indah nian Tuhan mempertemukan mereka. Tak pernah di duga.
 Desir angin membelai lembut wajah Raisha. Berlarian menuju bangunan warna-warni di sepanjang  pelabuhan Ny Havn. Mata itu tak berkedip. Masih tetap tertuju pada lelaki bermata biru itu. Ia tahu, ia Pieter, sang mantan kekasih waktu SMA dulu. Sewaktu Pieter tinggal di Jakarta. Lantas pergi meninggalkannya. Entah mengapa ia pergi. Hatinya masih tertohok.
Tiba-tiba suasana bungkam. Hening. Penduduk-penduduk Kopenhagen berseliweran di pinggir pelabuhan. Duduk-duduk atau sekedar menghirup udara di pinggir kanal. Di balik kaca-kaca kafe dan restoran, mereka menengok ke kapal-kapal kayu kuno yang berlalu-lalang. Ah, masih begitu hening. Sebenarnya Pieter ingin berkata sesuatu. Sungkan lelaki tampan itu. Lama tak berjumpa. Jantung berdekup kencang. Getar-getar cinta masih tetap cetar membahana.
“ Aku rindu padamu  “ Rindu itu tak terbendung. Empat tahun tak bertemu. Sungguh waktu yang tak sebentar.
Raisha tak bergeming. Masih bungkam. Tak peduli. Tatapannya tertuju pada rumah-rumah kuno penduduk yang di biarakan seperti aslinya. Hatinya begitu sakit di tinggal lelaki ini. Tersayat-sayat hatinya bagai smorrebrod, makanan khas Denmark yang di santap turis-turis.  Semburat cahaya orange matahari pun tak membuatnya bicara sepatah kata pun.
                                                            ***
Raisha melangkahkan kakinya. Menyusuri jalan-jalan di Stroget. Sepanjang  jalan di suguhi barang-barang unik yang di jual. Bertemunya ia dengan Pieter kemarin membuat ia resah. Tak mau menemuinya lagi. Penduduk berseliweran hilir mudik. Riang. Riuh. Sungguh memikat kota ini. Raisha terus berjalan. Mencari Bottega Veneta, berburu sepatu.
“ How much is this ? “ tanya sang lelaki kepada penjualnya.
“ Two hundred Khrone “ jawabnya ramah.
Lelaki itu melengos. Menyenggol Raisha. Ia oleng. Lelaki itu menahannya. Memeluknya segan. Mata mereka bertemu. Alunan biola dari seniman-seniman jalanan  begitu merdu. Syahdu. Nada-nada yang indah membumbui situasi ini. Mata itu tetap bertatapan. Sepuluh detik, dua puluh detik. Ah, sungguh indah Tuhan merancang situasi ini. Lagi-lagi itu Pieter.
Betapa sempitnya Kopenhagen. Selalu mereka bertemu di tempat yang tak pernah di rencanakan. Sungguh memukau Tuhan merangkai peristiwa-peritiwa itu. Mereka terlihat canggung. Kikuk. Di sekitar, orang-orang melihatnya. Atau bahkan, seseorang memotretnya karena betapa romantisnya adegan itu.
“ Kenapa kau lari kemarin ? Aku ingin bicara. Aku rindu padamu “ Pieter tetap memandang matanya. Lekat. Sinar cinta itu masih memancar. Deras memancar.
Raisha pergi. Menerobos keramaian. Mencari sepeda. Tak mau melihat muka Pieter lagi, terlalu menyakitkan. Goesan kaki-kakinya membuat sepeda itu meluncur kencang. Wusssss. Pieter di belakang mengekorinya. Ingin bicara dengannya, gadis yang di rindukan empat tahun ini. Ia menerobos keramaian. Melewati patung Little Mermaid, sebuah patung maskot putri duyung, kebanggaan penduduk Kopenhagen. Tembus menuju Amalienborg Palace, istana Ratu Margareth II, di jaga beberapa orang penjaga mengenakan pakaian tradisional seperti penjaga Ratu Inggris yang di jahili Mr.Bean, hingga tiba di danau Lob Rundt Om Soerne.
“ KENAPA KAU MENGIKUTIKU ? BELUM PUASKAH KAU MELUKIS LUKA DI HATI INI? “ tinggi sekali nadanya. Melengking. Bagai musik rock.
“ Aku merinduimu “ dialeknya layaknya orang bule kebanyakan bicara Bahasa Indonesia. Agak gemelitik di dengar.
“ Buang saja rindu itu. Aku tidak membutuhkannya “ sambil duduk di bangku-bangku taman. Sinis sekali nada ia bicara. Kecewa itu masih membayang. Pieter meninggalkannya begitu saja, tanpa sepatah pun alasan ia memutus hubungan itu. Tiga tahun menanam cinta. Cinta itu tumbuh bersemi bagai bunga cantik di musim semi. Namun cinta itu kandas terpatahkan entah apa penyebabnya. Begitu tercabik hati gadis manis itu.
“ Maafkan aku. Ini salahku. Tak pernah maksudku meninggalkanmu “
“ Tapi kau melakukannya “
“ Aku mencintaimu, Raisha. Batinku tersiksa empat tahun ini. Dan ...”
“ LALU BAGAIMANA DENGAN BATINKU? TAK TAHUKAH KAU AKU TERSIKSA? “ nadanya kian melengking.
Air mata mengucur laun di pelupuk mata gadis manis itu. Tumpah. Turun melalui selah-selah pipi. Membasahi lesung pipitnya lalu jatuh ke bangku mungil yang di dudukinya. Gadis manis itu sedikit sesenggukan. Kecewa. Benci. Sedih. Semua berbaur. Pieter merapat. Duduk di sebelah gadis yang tujuh tahun di cintainya itu. Memeluknya lembut. Mengusap-usap rambutnya mesra. Matanya berkaca. Raisha mengelak.
“ Setahun setelah meninggalkan Indonesia, aku kembali mencarimu. Ke rumahmu, namun kau sudah pindah. Menghubungimu, aku tak tahu nomormu. Ku tanya tetanggamu, tak ada yang tahu. Aku putus asa. Dan hari ini, Tuhan mengijinkanku bertemu denganmu lagi. Aku ingin melepas rindu yang empat tahun ini terkubur di hati “
“ Untuk apa kau kembali? Untuk apa kau mencariku? Hadirmu hanya akan membuatku terluka “ melengking.
“ Karena aku mencintaimu “
Mata itu kembali bertemu. Sinar-sinarnya makin kuat. Wajah-wajah membias di mata mereka. Membuat sore itu agak mellow. Menegangkan. Dua anak manusia yang terpisah kembali bertemu. Namun harus di liputi kecewa. Danau Lob Rundt Om Soerne kian indah. Burung-burung berseliweran di jantung danau. Minum. Atau penduduk Kopenhagen bersantai di tepi danau. Duduk di bangku-bangku itu. Membaca buku. Di telinganya earphone berwarna-warni terpasang. Dan di sana, matahari akan di telan senja.
Sejuta maaf tak akan menebus kecewa itu. Raisha tetap tak bisa menerimanya.
“ Aku hanya mencintaimu. Dan tak ada yang lain “ menatap matanya.
“ Buang saja rasa cintamu. Aku hanya masa lalumu. Dan tak mungkin ada di masa depanmu. Sudah cukup aku merasakan ini semua. Sudah cukup “ melengos.
Getir. Pieter luluh. Gadis manis itu menyuruh membunuh rasa cinta yang tujuh tahun tumbuh di hati. Seakan hatinya runtuh. Mencoba untuk kembali, ia lakukan. Mencarinya ke Indonesia, sudah ia coba. Hingga Tuhan mempertemukan mereka di Kopenhagen, kota sejuta pesona itu. Namun cinta itu tak akan pernah kembali. Cinta itu di telan rasa kecewa.
“ Selama ini aku sakit. Makanya aku meninggalkanmu. Tak mau ... “
“ Cukup. Cinta itu tak akan pernah kembali. Hari ini aku pulang ke Indonesia. Senang bisa mengenalmu. Semoga kita tak bertemu lagi. Terima kasih atas cinta yang pernah hadir “
Ia pergi. Pulang ke Indonesia. Pieter terhenyak.
                                    ***Sebulan kemudian***
Pieter terbaring. Lemah. Tak berdaya. Mata birunya tertutup rapat. Tubuhnya di liputi alat-alat medis. Sebulan ini jiwanya  hilang. Ia koma. Penyakitnya kembali menggerogoti tubuh itu. Haru biru meliputi keluarganya. Ayah, ibu, dan adik-adiknya berwajah mendung. Tangis tumpah. Entah apa lagi yang harus dilakukan. Langit di Kopenhagen pun membiru seakan turut berduka cita. Mendadak Kopenhagen bermuram.
Jantungnya  berdekup laun. Deg-deg-deg. Kian laun tiap detiknya. Tiap hembus nafasnya kian tak tercium.  Mengkhawatirkan. Air mata deras mengalir dari mata-mata keluarga itu. Nyawanya di ujung tanduk. Sebulan tak sadar. Bukan waktu yang sebentar. Mungkin kalau bisa bicara, alat-alat medis itu lelah menempel di tubuhnya. Hampir tak bisa di tolong. Tim dokter hampir putus asa.
Pieter bertarung di lorong kematian. Malaikat pencabut nyawa serasa kian dekat. Ingin menjemputnya. Hari begitu murung. Berapa banyak tetes air mata yang harus tertetes. Mungkin Tuhan akan memanggilnya. Tuhan akan menemuinya. Waktu akan menelannya. Inilah detik-detik akhir umurnya.
Entah apa yang harus diperbuat. Sebelum koma Pieter selalu menyebut nama Raisha. Di tidurnya, di hari-harinya, bahkan sepanjang empat tahun ini ibunya selalu mendengar nama Raisha. Raisha, gadis manis itu amat di kenal keluarganya. Tapi, di manakah gadis itu? Tak seorang pun mengetahui keberadaannya. Entah harus ke mana menghubunginya. Membingungkan.
                                                ***
Ia memandang kertas itu berkali-kali. Kertas kecil biru bertuliskan angka-angka dan sebuah nama. Hatinya galau. Tersiksa. Deretan angka-angka itu nomor telepon Pieter. Mungkin Pieter telah menaruhnya di tas. Rindu bercampur kecewa. Cinta bercampur gengsi. Raisha merindukannya. Merindukan lelaki bermata biru itu.
Kertas itu  di remas. Di buang. Di ambil. Di buang lagi. Di ambil lagi. Di buang lagi. Lalu di ambil lagi. Jiwanya resah. Bingung. Kalut. Entah haruskah ia meneleponnya. Hatinya terus merangsek. Berontak. Hatinya berbisik: aku merindukan Pieter.
“ Hallo...Pieter “ suaranya lembut.
Bukan Pieter yang mengangkat. Ibunya menerima telepon itu. Ia berkisah kepada Raisha kondisi Pieter. Detail. Lengkap. Tanpa sensor. Hati Raisha tersentuh. Bergetar. Mendengar lelaki itu terbaring koma sebulan ini. Hatinya menangis. Menjerit-jerit melebihi anak yang tak dibelikan es krim. Ia ingin berbicara dengan Pieter. Telepon itu di taruh di dekat telinganya.
“ Pieter. Ini aku, Raisha. Bangun Pieter, bangun ! “ suaranya lirih.
“ Aku merindukanmu. Aku tak pernah membencimu, sedikit pun tak pernah. Selama ini, empat tahun ini aku merindukanmu. Aku tersiksa karena aku mencintaimu. BANGUN PIETER, BANGUN! “ suaranya agak parau.
Pieter tak bergeming. Tubuhnya masih di liputi alat-alat medis itu. Koma.
“ Tegakah kau meninggalkanku untuk kedua kalinya? “
“ AKU MENCINTAIMU “
“ Selama ini aku berusaha melupakanmu. Tapi semakin aku melupakanmu semakin aku mengingatmu. AKU MENCINTAIMU, PIETER. BANGUNLAH ! Aku tak ingin kehilanganmu untuk kedua kalinya “
Deg. Jantungnya berdekup kencang. Jari-jari itu mulai bergerak. Perlahan.
“ Bangun Pieter ! Aku mencintaimu. Bangunlah ! “ air matanya mengalir.
“ A...ku juuu..ggggaaa...meennn..cinnnn..ttaaiimmuuu “
                                                ***
Di atas Round Tower, di jantung kota Kopenhagen, mereka menghirup keajaiban Tuhan. Kekuatan cinta yang besar. Sebulan koma, sadar karena kekuatan cinta. Cinta yang tak pernah hilang. Tuhan merancang ini begitu indah. Kopenhagen cerah. Mereka berdiri di puncak Round Tower. Sejauh mata memandang, terlihat sejuta saksi cinta terhampar di langit Kopenhagen.
“ Tuhan menunjukkan keajaibannya. Tuhan menciptkanmu hanya untukku. Will you marry me ? “ manis terucap.
“ Sure “ dengan mantap.

                                                ***THE END***